Sabtu, 20 Oktober 2012

RESENSI NOVEL HAFALAN SHALAT DELISA


1.       Identitas Buku :               
Judul                     : Hafalan Shalat Delisa
Penulis                                 : Tere Liye
Penerbit              : Republika
Terbit                    : Jakarta Selatan, November 2005
Tebal                     : 270 halaman

2.       Kepengarangan :
Tere Liye salah seorang penulis berbahasa Indonesia. Lahir pada tanggal 23 Mei 1979 dan sudah menulis 14 novel.

Berikut ini adalah beberapa karyanya :

Karya-karyanya :
1. Kisah Sang Penandai
2. Ayahku (Bukan) Pembohong
3. ELIANA, Serial Anak2 Mamak
4. Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin
5. PUKAT, Serial Anak2 Mamak
6. BURLIAN, Serial Anak Mamak
7. Hafalan Shalat Delisa
8. Moga Bunda Disayang Allah
9. Bidadari-bidadari Surga
10. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
11. Senja Bersama Rosie
12. Mimpi-mimpi si Patah Hati
13. Cintaku Antara Jakarta & Kualalumpur
14. The Gogons Series 1

Tere-liye ingin menyebarkan pemahaman bahwa HIDUP INI SEDERHANA melalui tulisannya.
Berikut sedikit kutipan dari pojok “biografi” salah satu novelnya, yang sangat berkesan di hati saya (selaku pembaca) :

3.       Ikhtisar:
Novel ini menceritakan Delisa seorang gadis berumur 6 tahun yang tinggal di Lhok-Nga Aceh bersama Umi Salamah, kak Fatimah, kak Zahra dan kak Aisyah. Sedangkan Abi Usman jarang berada dirumah karena ada pekerjaan yang mengharuskan abi Usman pergi dari satu kota ke kota yang lainnya.
Keluarga kecil  tersebut hidup dengan sangat bahagia dan harmonis. Setiap pagi, umi Salamah selalu membangunkan malaikat kecil untuk shalat subuh berjamaah. Kak Zahra dan kak Fatimah yang biasanya membangunkan Delisa untuk shalat, karena Delisa sangat sulit bangun pagi.

Setiap shalat berjamaah, umi Salamah selalu menjadi iman dan kak Aisyah selalu mendapatkan tugas untuk membaca bacaan shalat dengan keras agar Delisa dapat mengikuti bacaan shalat tersebut. Pagi hari setelah matahari terbit dengan cantiknya di Lhok-Ngah, Aceh umi Salamah berjanji memberikan kalung apabila Delisa berhasil menghafal bacaan shalat dengan khu’su.
26 Desember 2004

Malangnya, ketika Delisa sedang menghafal bacaan shalat tersebut tiba-tiba gempa datang lalu disusul dengan datangnya air laut yang pada saat itu langsung meluluhkan kota Lhok-Ngah hanya dalam beberapa menit.
Setelah bencana tersebut berhasil menyapu seluruh kota Lhok-Ngah, banyak warga yang hilang termasuk seluruh keluarga Delisa. Umi Salamah, Kak Fatimah, kak Zahra & kak Aisyah pun ikut tewas dalam bencana tersebut. Sedangkan Delisa hilang tersapu oleh derasnya ombak tsunami yang datang.

Setelah beberapa hari Delisa dikabarkan hilang, tim SAR yang membantu mengevakuasi kota Lhok-Ngah menemukan Delisa dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Delisa dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa. Tak lama Delisa diperiksa oleh suster Shopia, Delisa pun sadar dan mengetahui bahwa kakinya harus diamputasi.
Abi Usman yang mengetahui bencana yang terjadi di Aceh, langsung buru-buru pulang untuk mencari keluarga kecilnya tersebut. Setelah lalu lalang mencari keluarganya, sang tetangga pun memberitahu bahwa umi Salamah, kak Fatimah, kak Zahra & kak Aisyah sudang tewas dalam bencana. Abi Usman menangis terisak mendengar kabar buruk itu. Sang tetangga juga memberi tahu bahwa Delisa hilang ketika tsunami terjadi hari minggu pagi tersebut. Abi Usman masih mempunyai semangat untuk mencari satu malaikat kecilnya yang mungkin saja masih hidup pada saat itu.

Beberapa hari abi Usman mencari Delisa, akhirnya abi Usman berhasil menemukan Delisa setelah melihat berita di tv. Tanpa pikir panjang, abi Usman langsung menghampiri Delisa dan bersyukur melihat Delisa selamat dari kejadian itu.
Setelah beberapa minggu setelah tsunami di Aceh, Delisa menemukan mayat umi Salamah yang telah menjadi kerangka dan menggenggam hadiah yang Delisa inginkan.
Saat itu, Delisa tersadar bahwa keikhlasan lah yang mampu membuat Delisa mampu menghafal bacaan shalat. Bukan untuk kalung tersebut namun untuk mendoakan umi Salamah, kak Fatimah, kak Zahra & kak Aisyah di surga.


4.      Kelebihan:
nilai keikhlasan dan kesabaran tinggi yang sangat mengharukan dengan latar belakang tsunami, buku ini mengajak kita mengerti akan kehidupan,  juga kematian, mencintai anugerah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah.

5.      Kekurangan:
kata-kata dan bahasanya sulit dimengerti. 
6.      Kritik dan saran :
Menurut saya novel ini sangat bagus untuk dibaca untuk semua kalangan. Baik anak-anak maupun remaja bahkan orang tua sekalipun. Pesan yang tersirat dalam novel ini memberikan banyak inspirasi bagi para pembacanya.


Resentator :       Angga Dwi Maulana

Tidak ada komentar:

Posting Komentar