1.
Identitas
Buku :
Judul :
Hafalan Shalat Delisa
Penulis :
Tere Liye
Penerbit :
Republika
Terbit :
Jakarta Selatan, November
2005
Tebal :
270 halaman
2.
Kepengarangan
:
Tere
Liye salah seorang penulis berbahasa Indonesia. Lahir pada tanggal 23 Mei 1979
dan sudah menulis 14 novel.
Berikut
ini adalah beberapa karyanya :
Karya-karyanya
:
1. Kisah Sang Penandai
2. Ayahku (Bukan) Pembohong
3. ELIANA, Serial Anak2 Mamak
4. Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin
5. PUKAT, Serial Anak2 Mamak
6. BURLIAN, Serial Anak Mamak
7. Hafalan Shalat Delisa
8. Moga Bunda Disayang Allah
9. Bidadari-bidadari Surga
10. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
11. Senja Bersama Rosie
12. Mimpi-mimpi si Patah Hati
13. Cintaku Antara Jakarta & Kualalumpur
14. The Gogons Series 1
1. Kisah Sang Penandai
2. Ayahku (Bukan) Pembohong
3. ELIANA, Serial Anak2 Mamak
4. Daun yang Jatuh tak Pernah Membenci Angin
5. PUKAT, Serial Anak2 Mamak
6. BURLIAN, Serial Anak Mamak
7. Hafalan Shalat Delisa
8. Moga Bunda Disayang Allah
9. Bidadari-bidadari Surga
10. Rembulan Tenggelam di Wajahmu
11. Senja Bersama Rosie
12. Mimpi-mimpi si Patah Hati
13. Cintaku Antara Jakarta & Kualalumpur
14. The Gogons Series 1
Tere-liye
ingin menyebarkan pemahaman bahwa HIDUP INI SEDERHANA melalui
tulisannya.
Berikut sedikit kutipan dari pojok “biografi” salah satu novelnya, yang sangat berkesan di hati saya (selaku pembaca) :
Berikut sedikit kutipan dari pojok “biografi” salah satu novelnya, yang sangat berkesan di hati saya (selaku pembaca) :
3.
Ikhtisar:
Novel
ini menceritakan Delisa seorang gadis berumur 6 tahun yang tinggal di Lhok-Nga
Aceh bersama Umi Salamah, kak Fatimah, kak Zahra dan kak Aisyah. Sedangkan Abi
Usman jarang berada dirumah karena ada pekerjaan yang mengharuskan abi Usman
pergi dari satu kota ke kota yang lainnya.
Keluarga
kecil tersebut hidup dengan sangat bahagia dan harmonis. Setiap pagi, umi
Salamah selalu membangunkan malaikat kecil untuk shalat subuh berjamaah. Kak
Zahra dan kak Fatimah yang biasanya membangunkan Delisa untuk shalat, karena
Delisa sangat sulit bangun pagi.
Setiap
shalat berjamaah, umi Salamah selalu menjadi iman dan kak Aisyah selalu
mendapatkan tugas untuk membaca bacaan shalat dengan keras agar Delisa dapat
mengikuti bacaan shalat tersebut. Pagi hari setelah matahari terbit dengan
cantiknya di Lhok-Ngah, Aceh umi Salamah berjanji memberikan kalung apabila
Delisa berhasil menghafal bacaan shalat dengan khu’su.
26
Desember 2004
Malangnya,
ketika Delisa sedang menghafal bacaan shalat tersebut tiba-tiba gempa datang
lalu disusul dengan datangnya air laut yang pada saat itu langsung meluluhkan
kota Lhok-Ngah hanya dalam beberapa menit.
Setelah
bencana tersebut berhasil menyapu seluruh kota Lhok-Ngah, banyak warga yang
hilang termasuk seluruh keluarga Delisa. Umi Salamah, Kak Fatimah, kak Zahra
& kak Aisyah pun ikut tewas dalam bencana tersebut. Sedangkan Delisa hilang
tersapu oleh derasnya ombak tsunami yang datang.
Setelah
beberapa hari Delisa dikabarkan hilang, tim SAR yang membantu mengevakuasi kota
Lhok-Ngah menemukan Delisa dengan keadaan yang sangat mengenaskan. Delisa
dibawa ke rumah sakit terdekat untuk diperiksa. Tak lama Delisa diperiksa oleh
suster Shopia, Delisa pun sadar dan mengetahui bahwa kakinya harus diamputasi.
Abi
Usman yang mengetahui bencana yang terjadi di Aceh, langsung buru-buru pulang
untuk mencari keluarga kecilnya tersebut. Setelah lalu lalang mencari
keluarganya, sang tetangga pun memberitahu bahwa umi Salamah, kak Fatimah, kak
Zahra & kak Aisyah sudang tewas dalam bencana. Abi Usman menangis terisak
mendengar kabar buruk itu. Sang tetangga juga memberi tahu bahwa Delisa hilang
ketika tsunami terjadi hari minggu pagi tersebut. Abi Usman masih mempunyai
semangat untuk mencari satu malaikat kecilnya yang mungkin saja masih hidup
pada saat itu.
Beberapa
hari abi Usman mencari Delisa, akhirnya abi Usman berhasil menemukan Delisa
setelah melihat berita di tv. Tanpa pikir panjang, abi Usman langsung
menghampiri Delisa dan bersyukur melihat Delisa selamat dari kejadian itu.
Setelah
beberapa minggu setelah tsunami di Aceh, Delisa menemukan mayat umi Salamah
yang telah menjadi kerangka dan menggenggam hadiah yang Delisa inginkan.
Saat
itu, Delisa tersadar bahwa keikhlasan lah yang mampu membuat Delisa mampu
menghafal bacaan shalat. Bukan untuk kalung tersebut namun untuk mendoakan umi
Salamah, kak Fatimah, kak Zahra & kak Aisyah di surga.
4.
Kelebihan:
nilai keikhlasan dan kesabaran tinggi yang
sangat mengharukan dengan latar belakang tsunami, buku ini mengajak kita
mengerti akan kehidupan, juga kematian,
mencintai anugerah juga musibah, dan mencintai indahnya hidayah.
5.
Kekurangan:
kata-kata dan bahasanya sulit
dimengerti.
6.
Kritik dan saran :
Menurut
saya novel ini sangat bagus untuk dibaca untuk semua kalangan. Baik anak-anak
maupun remaja bahkan orang tua sekalipun. Pesan yang tersirat dalam novel ini
memberikan banyak inspirasi bagi para pembacanya.
Resentator : Angga
Dwi Maulana